(Setangkup Perenungan Atas Kepergian Emmeril Kahn Mumtadz)
Oleh : Izzatur Rifdah Ismail
(Pembina Rumah Qur’an Al-Wafi)
Tanah air sedang berduka. Berbagai kanal berita memuat kepergian seorang putra bangsa, Emmeril Kahn Mumtadz. buah hati Gubernur Jawa Barat, Pak Ridwan Kamil.
Sejak berita Eril tenggelam di sungai Aare, tak sedikit yang mencurahkan ikhtiar mencari keberadaannya. Doa-doa terlantun dari seluruh penjuru dunia, berharap ia selamat dan kembali dalam kondisi baik-baik saja. Hingga akhirnya keluarga Eril mengikhlaskan kepergiannya dan kembali ke tanah air.
Off dari instagram beberapa hari membuat saya mendapatkan info Eril tenggelam dari teman sekamar. Hingga akhirnya mencari info di laman twitter dan menemukan kronologi peristiwa. Bermula ia dan keluarganya berangkat ke Swiss mencari kampus untuk melanjutkan S2. Ia, adik dan temannya berenang di sungai Aare dan karena arus yang kencang, ia terseret setelah sebelumnya memastikan adik dan temannya telah naik ke daratan
Sedih dan khawatir menggelayuti dada. Tenggelam dalam air adalah hal yang paling menakutkan. Hal yang beberapa kali saya alami. Tenggelam di dalam kolam renang sungai dalam kondisi belum mahir berenang. Air memasuki saluran pernafasan dan pandangan pun berkunang-kunang. Berpikir kematian akan datang dan hanya melirih Allah di dalam hati, namun dengan izin Allah pertolongan itu datang.
Baca Juga : Berpikirlah Seperti Orang Minang
Di balik kesedihan yang menyeruak atas kepergian Eril dan kesedihan keluarga yang ditinggalkan, ada beberapa hal yang menjadi perenungan mendalam.
1. Tenggelam, Syahid di Dalam Air
Rasulullah menyampaikan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin Atik jika tenggelam adalah bagian dari syahid.
الشَّهَادَةُ سَبْعٌ سِوَى الْقَتْلِ فِى سَبِيلِ اللَّهِ الْمَطْعُونُ شَهِيدٌ وَالْغَرِقُ شَهِيدٌ وَصَاحِبُ ذَاتِ الْجَنْبِ شَهِيدٌ وَالْمَبْطُونُ شَهِيدٌ وَصَاحِبُ الْحَرِيقِ شَهِيدٌ وَالَّذِى يَمُوتُ تَحْتَ الْهَدْمِ شَهِيدٌ وَالْمَرْأَةُ تَمُوتُ بِجُمْعٍ شَهِيدٌ
“Orang-orang yang mati syahid yang selain terbunuh di jalan Allah ‘azza wa jalla itu ada tujuh orang, yaitu korban wabah adalah syahid; mati tenggelam (ketika melakukan safar dalam rangka ketaatan) adalah syahid; yang punya luka pada lambung lalu mati, matinya adalah syahid; mati karena penyakit perut adalah syahid; korban kebakaran adalah syahid; yang mati tertimpa reruntuhan adalah syahid; dan seorang wanita yang meninggal karena melahirkan (dalam keadaan nifas atau dalam keadaan bayi masih dalam perutnya, pen.) adalah syahid.” (HR. Abu Daud, no. 3111)
Kenapa wafat karena tenggelam, sakit perut, sakit karena wabah, melahirkan, kebakaran terhitung syahid?
Karena derita yang mereka alami begitu dahsyat. Sakit fisik yang begitu kuat mendera dan tersiksa dengan sangat menjelang ajal mendekat. Apabila mereka menyikapinya dengan sabar dan tawakkal Allah menghadiahkan gelar syahid untuknya.
Di balik kepergian Eril yang berpulang karena tenggelam, sesungguhnya ia pergi dengan gelar syahid yang insyaallah tersemat. Syahid dan husnul khotimah, doa-doa yang terus kita panjatkan
2. Pergi Setelah Menolong Orang
Dari kronologi tenggelamnya Eril, disebutkan jika ia memastikan adik dan temannya telah lebih dahulu naik ke daratan sebelum akhirnya ia terseret arus sungai Aare yang kencang.
Di akhir usianya, Eril melakukan sebuah pekerjaan yang sangat mulia. Menolong orang. Dalam hadits Rasulullah SAW menyebutkan siapa yang memudahkan urusan saudaranya, maka Allah akan memudahkan urusannya.(***)
Discussion about this post