Kota Solok,PRnewspresisi.com—Apa jadinya bila yang mestinya menertibkan, malah jadi bagian dari masalah? Di sebuah tempat pencucian mobil deretan What ever tepatnya di depan terminal Bareh Solok pada hari Minggu (19/10/25) petugas yang mengatur dan melayani pelanggan justru bersikap tidak adil dengan membiarkan satu kendaraan menyelinap dan dilayani lebih dulu.
Seolah olah profesional justru terlihat tebang pilih. Bukan hanya satu kesalahan kecil — ini bukti kecacatan pelayanan dan sikap acuh yang tak bisa ditolerir. Alih-alih menegakkan aturan antrean, petugas memilih jalan pintas: melayani pelanggan “istimewa” tanpa alasan jelas. Hasilnya, pelanggan yang sabar menunggu berjam-jam diperlakukan seperti opsi cadangan. Ketidakadilan ini bukan soal waktu 5 menit; ini soal prinsip — penghinaan terhadap pelanggan yang telah mematuhi aturan.
Lebih parah lagi, ketika protes muncul, respons petugas bukan permintaan maaf yang tulus atau tindakan korektif — melainkan seperti sikap tak acuh. “Sikap defensif semacam ini memperlihatkan kurangnya pelatihan, integritas, dan etika kerja. Jika petugas tidak mampu menegakkan antrean, lebih baik ada sistem bertanda, nomor antre, atau personel pengawas yang jelas”, tutur pelanggan Bernama Dedi
Akibatnya, suasana yang semestinya profesional berubah gaduh: adu argumen, dan reputasi usaha yang sudah dibangun menjadi ternoda hanya karena satu tindakan acuh. Pelanggan yang merasa dirugikan berhak menuntut kompensasi — bukti bahwa pelayanan buruk berujung pada kerugian nyata, bukan sekadar rasa kesal.

Pesan tegas untuk pengelola: jangan biarkan praktik semena-mena jadi budaya. Evaluasi petugas, berikan SOP antrean yang konkret, pasang papan nomor antrean, dan rekam setiap keluhan. Jika perlu ganti petugas yang berulang kali melanggar standar pelayanan — karena sebuah usaha tumbuh dari kepercayaan, bukan favoritisme.
Kejadian ini bukan sekadar anekdot lucu — ia cermin buruknya tata kelola. Pelayanan yang adil dan konsisten bukan permintaan berlebihan; itu kewajiban. Bila tak segera dibenahi, bukan hanya pelanggan yang pergi — melainkan citra dan omzet usaha yang ikut terkikis.(Malin)