Jakarta,PRnewspresisi.com — Setelah lama dinilai melunak, Slank akhirnya kembali ke setelan awal. Grup band legendaris ini merilis single terbaru berjudul “Republik Fufufafa” pada 26 Desember 2025, bertepatan dengan 42 tahun perjalanan karier mereka.
Bukan sekadar lagu baru, karya ini terasa seperti teriakan protes yang membangunkan kembali ruh perlawanan Slank era 90-an.
Ditulis oleh sang drummer, Bimbim, dan dirilis di bawah label Slank Records, lagu ini direkam di Flat 5 Studio dengan balutan rock keras khas Slank. Liriknya tetap ‘slengean’, namun sarat sindiran pedas terhadap kondisi sebuah negeri yang digambarkan kacau balau dan sakau kekuasaan.
“Ini bukan sakau narkoba, tapi sakau kekuasaan,” menjadi benang merah kritik dalam lagu tersebut.
Judul “Fufufafa” sendiri langsung memantik kontroversi. Nama itu merujuk pada akun di forum KASKUS yang oleh pakar telematika Roy Suryo disebut-sebut 99,9 persen terkait dengan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Slank tak menyebut nama, tapi sindiran itu terasa telak dan sulit diabaikan.
Dalam video musik yang dirilis di kanal YouTube resmi Slank, para personel tampil mengenakan kostum badut ala Joker. Visual ini langsung ditafsirkan warganet sebagai simbol sindiran terhadap wajah politik yang dianggap absurd dan penuh sandiwara.
Dengan durasi 3 menit 12 detik, lagu ini menghantam tanpa basa-basi: tentang elit yang rakus kuasa, praktik judi, dan negeri yang kehilangan arah. Slank seolah berkata: cukup sudah diam.
Viral dan Disebut “Slank yang Sesungguhnya Telah Kembali”
Tak butuh waktu lama, “Republik Fufufafa” langsung viral di media sosial, dari X hingga Instagram. Banyak penggemar menyebut ini sebagai momen kembalinya Slank ke jalur musik protes yang dulu membesarkan nama mereka.
Komentar pedas pun bermunculan, salah satunya dari akun YouTube @dodygunawan4539: “Penyesalan memang datang terlambat, tapi belum terlambat untuk menyadarkan semua orang.” Pernyataan itu menyentil posisi Slank yang di masa lalu dikenal sebagai pendukung Presiden Joko Widodo.
Kini, lewat lagu ini, publik melihat perubahan sikap: dari pendukung menjadi pengkritik.
“Republik Fufufafa” bukan sekadar single perayaan ulang tahun. Lagu ini terasa seperti alarm sosial, mengingatkan bahwa musik masih bisa menjadi senjata perlawanan di tengah situasi politik yang dianggap makin sumir.
Slank tampaknya ingin menegaskan satu hal: rock boleh tua, tapi nyali melawan tak pernah pensiun. Dengan lagu ini, Slank bukan hanya merilis karya—mereka kembali menyalakan api. (*)










