By Dedi Hermanto
(Cikgu SMPN 5 Lembang Jaya)
PRnewspresisi.com–Mengajar adalah sebuah panggilan, bukan sekedar profesi atau mata pencaharian. Panggilan ini bukan sekedar panggilan biasa dalam arti panggilan jiwa (passion) atau adanya kebutuhan dari sebuah lingkungan.
Tapi Panggilan di sini adalah panggilan untuk menjadi rekan kerja (partner) Allah, dimana Allah atas perintah-Nya menjadi motivasi dan alasan sekaligus tujuan utama di dalam pengajaran, sehingga Mengajar Bukan Hanya sebatas Mengelola Pikiran semata (the mind) Tetapi Mengajar berarti mengelola jiwa (the soul).
Hal ini terlihat dibeberapa sekolah, dimana sebuah sekolah hanya memperhatikan angka atau nilai akademis anak dalam bentuk laporan ujian sekolah, disisi lain sudah ada beberapa sekolah yang menyediakan program khusus untuk membentuk kharakter anak, dan ada sekolah yang sudah mengarah ke arah bimbingan konseling bagi anak-anak yang mengalami masalah.
Namun demikian, ketika di kelas seorang guru tetap saja bukan hanya memberikan informasi atau mentransfer ilmu semata, tetapi dari informasi tersebut harus bisa diaplikasikan ke dalam hidup seorang siswa sesuai dengan nilai-nilai afeksi dari mata pelajaran tersebut atau tujuan dari kurikulum yang disusun.
Visi dari mengajar atau mendidik secara holistik mencakup informasi, formasi, dan transformasi. Informasi, tentunya berkenaan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Formasi berkenaan dengan membentuk pola pikir siswa, dan transformasi adalah berkenaan dengan kharakter. Khusus tranformasi bukan hanya melalui isi (content) mata pelajaran, tetapi juga melalui pribadi guru (personality of teacher).
Untuk itu hidup dan perbuatan seorang guru begitu penting, dimana biasanya dalam tigkat tertentu murid-murid atau siswa bukan hanya lebih mendengar gurunya dari pada orang tuanya, tetapi juga memfavoritkan gurunya bahkan ingin menjadikan pahlawannya.
Seperti salah satu pepatah yang familiar kita dengar “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”, walaupun pepatah ini kurang sopan bagi sebagian orang, tetapi dari pepatah ini penulis menafsirkan pribadi dan prilaku guru sangat penting, karena akan diimitasi (ditiru) anak didik berupa sugesti (pengaruh) terhadap mereka
Discussion about this post