OLEH: WENTRI FATMA , S.Pd
PRnewspresisi.com–Pendidikan bisa dikatakan sebagai kunci peradaban bangsa, sebab pendidikan ialah sebuah kebutuhan dasar manusia dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. semakin tinggi kualitas sumber daya manusia maka akan semakin maju sebuah bangsa.
Pendidikan merupakan sebuah sistem dalam upaya memberikan peserta didik dalam meningkatkan potensi dirinya serta mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar dapat menciptakan kehidupan yang cerdas.
Keunggulan potensi dan pemahaman akan kehidupan yang cerdas inilah yang akan memajukan peradaban manusia yang berkualitas.
Pendidikan budaya dan karakter bangsa pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.
Nilai-nilai dalam pendidikan budaya dan karakter meliputi: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Pada dasarnya pendidikan karakter tidak diajarkan secara tersendiri, namun dilakukan secara bersamaan waktu dengan pembelajaran tiap bidang studi, termasuk juga pada Mapel matematika, sehingga melalui pemahaman, pembiasaan, keteladanan dan contoh, serta pembelajaran yang berkelanjutan dapat terlaksana.
Pembelajaran tidak hanya disederhanakan dalam bentuk resep, karena melibatkan beragam unsur antara lain: pengetahuan bidang studi dan pedagogik pembelajaran, unsur siswa dan karakteristiknya, serta diskursus atau lingkungan belajar.
Melalui pendekatan pembelajaran apapun, perlu diupayakan agar siswa belajar secara aktif, mencapai belajar matematika secara bermakna serta memiliki karakter yang terpuji.
Menurut Zaenal Abidin (2020) Bidang studi matematika merupakan mata pelajaran yang menjadi momok bagi para siswa. Mereka sering kali merasakan kesulitan dalam mempelajari, memahami, mendeskripsikan hingga harus menghafal rumus-rumus matematika yang begitu banyak. Sehingga mereka akhirnya membenci matematika dan enggan belajar matematika.
Entah siapa yang memberikan kesan dan memulai bahwa mata pelajaran matematika itu sulit dan membosankan, sehingga melekat pada diri mereka bahkan menjadi pola pikir atau mindset yang melekat pada diri mereka.