Sebenarnya mata pelajaran matematika merupakan pelajaran yang asyik dan menyenangkan, bahkan termasuk pelajaran yang akan berguna kehidupan di masa depan.
Coba sekali kali ajak anak kita belajar matematika sambil bermain. Belajar sambil bermain pastinya akan lebih seru dan menyenangkan.
Ada beberapa kesulitan dalam belajar matematika yang membuat peserta didik merasa bosan dan jenuh dalam belajar matematika antara lain : Tidak punya dasar yang kuat untuk memahami konsep – konsep dalam mempelajari materi, Peserta didik merasa trauma karena tekanan atau gagal memenuhi ekspektasi guru maupun orang tua.
Berdasarkan Pengalaman traumatis juga bisa disebabkan karena suatu kejadian yang membuat peserta didik malu. Kemudian Hubungan peserta didik dan pendidik yang Tidak Harmonis, Banyak pengajar matematika di sekolah mendapat label killer, kaku dan sulit berkomunikasi.
Dalam kondisi di mana hubungan pendidik dan peserta didik tidak harmonis, maka transformasi ilmu menjadi lebih sulit untuk dilakukan, begitu juga dengan Metode Belajar yang Membosankan Sehingga Banyak peserta didik kesulitan belajar matematika karena kehilangan motivasi.
Matematika dianggap membosankan karena peserta didik tidak dapat menemukan relevansi antara matematika dengan hal-hal nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk memotivasi peserta didik menyukai matematika dapat diterapkan strategi pembelajaran matematika yang menyenangkan peserta didik berbasis metode permainan matematika yang menarik, menantang dan menghibur.
Dengan demikian, pembelajaran di kelas matematika menjadi nyaman, dan tidak kaku. Selain itu, melalui metode-metode tersebut dapat merangsang peserta didik tertarik belajar matematika dan merangsang otak mereka untuk berpikir kreatif.
Belajar menjadi terhibur, dan persepsi peserta didik terhadap matematika yang selama ini negatif karena dipandang rumit, jelimet, terlalu serius dan membosankan menjadi persepsi positif yakni matematika itu asyik, mudah, banyak manfaatnya, menghibur dan menyenangkan.
Berdasarkan kondisi di atas, maka penulis sebagai pendidik yang mengampu mata pelajaran matematika berusaha memanfaatkan sebuah permainan dalam pembelajaran yang penulis lakukan.
Penggunaan permainan melempar bola antara peserta didik dalam pembelajaran pada awalnya membuat penulis harus meluangkan waktu untuk membuat beberapa soal pada kertas-kertas kecil untuk dijadikan sebuah bola .