Ketika diwawancarai, Nenek Nurbaini mengatakan bahwa beliau dulu sering membuat penganan “Galu Galu” ini, kata beliau, bahan dasar “Galu- galu” yaitu padi muda, makanan tersebut dahulunya sangat familiar sebab masyarakat Sumbar pada umumnya hidup sebagai petani sehingga mencari padi Muda tidak lah sulit, “penganan ini menjadi primadona dikala itu. biasanya jika petani telah mulai panen, maka padi muda ini akan diambil untuk dibuat kudapan”,cerita Nenek Mengenang masa lalu.
Lebih lanjut Dikatakan Nenek yang akrab disapa (mak yek) oleh cucu dan cicitnya, bahwa dizaman saisuak ( dulu) masyarakat menanam padi hingga panen bisa mencapai 6 bulan, berbeda dengan tanam padi saat ini yang hanya 3 bulan saja.
“Waktu musim tanam, hama tikus selalu menjadi musuh utama para petani, sehingga petani di Era itu lebih memilih memanen padi rata rata lebih cepat dari waktu yang ditentukan, kalau tidak Maka padi akan habis di grogoti tikus”,kata nenek menambahkan.
Sehingga sambung nenek lagi, banyak padi muda yang tersisa ketika padi itu dituai akhirnya dari pada mubazir para petani menyulapnya menjadi penganan ” galu galu”.
Sambil menyimak saat jurnalis bertanya proses pembuatannya, Nenek Nurbaini yang disapa ‘mak yek’ ini memaparkan bahwa padi yang masih muda itu mula mula diambil lalu di rontokan dari tangkainya, setelah itu direndam atau di tampi untuk dipisahkan padi yang tidak berisi atau hampanya, setelah itu padi terpilih di goreng di atas wajan dengan api yang bagus istilah bahasa minang “disangai” agar saat memasaknya merata.
“Selanjutnya ditumbuk dengan menggunakan alu pada sebuah lesung yang tujuannya adalah untuk memisahkan kulit/sekamnya. Lalu ditampi menggunakan niru untuk memastikan sekam (uman) benar sudah terpisah. Hasilnya adalah beras muda yang sudah pipih karena ditumbuk dan harum karena disangai.”,kata Mak yek bersemangat.
Setelah itu dalam penyajiannya diberikan kelapa muda yang diparut halus dan ditambahkan sedikit gula lalu diaduk rata hingga akhirnya “galu galu siap untuk disantap.
Diakhir wawancara mak yek memberi Himbauan khusus kepada generasi muda bahwa Kearifan Lokal sangat penting bagi kita, “maka sebagai masyarakat Sumatera Barat hendaknya bisa melestarikan budaya lokal kita, jangan terlalu mengikuti arus dunia yang nantinya akan membuat kita lupa dengan budaya kita sendiri”,tutupnya.(Malin)
Discussion about this post