Terkait inovasi, Ridwan menekankan pentingnya aspek keterjangkauan dan penguasaan teknologi. Ia juga meminta agar hasil dari Talkshow ini benar-benar dijalankan agar industri batu bara dapat mendukung transisi energi yang berkelanjutan.
Dalam Executive Talkshow ini, hadir juga Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Perencanaan Strategis selaku Chair Energy Transition Working Group (ETWG) G20 Yudo Dwinanda Priaadi,
Kemudian Direktur Pengembangan Usaha MIND ID Dilo Seno Widagdo, para pimpinan perusahaan pertambangan batu bara, hingga para akademisi dan pimpinan lembaga penelitian.
Staf Khusus Menteri ESDM Nanang Untung dan VP Pengembangan Hilirisasi PTBA Setiadi Wicaksono bertindak sebagai Panelis dalam Talkshow.
Sementara Chairperson of Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) Filda C Yusgiantoro berperan sebagai moderator.
“Hadirnya Bapak dan Ibu para ahli, akademisi, praktisi pengelolaan lingkungan, dan para generasi muda terbaik yang tergabung dalam Y20 juga akan dapat memberikan pandangan dan masukan bagi kita bersama guna terlaksananya transisi energi yang berkelanjutan dengan tetap memperhatikan ekonomi sirkular.
Partisipasi, sinergi, dan kolaborasi dari semua pihak tentunya akan semakin mempermudah dan mempercepat langkah kita menuju target yang telah ditetapkan,” kata Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail.
Sesi Talkshow menghasilkan kesimpulan bahwa transisi energi membutuhkan perencanaan dan persiapan matang.
Dibutuhkan juga komitmen semua pemangku kepentingan agar program-program transisi energi yang berkelanjutan bisa berjalan sesuai target.
Transformasi PTBA
Selaras dengan visi PTBA menjadi perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan, perusahaan tengah memantapkan eksistensi dan bertransformasi menjadi perusahaan energi.
Transformasi ini tidak semata-mata dilakukan untuk menciptakan bisnis yang keberlanjutan, namun juga mendukung target pemerintah Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060, mendorong proses transisi energi berkelanjutan, dan meningkatkan kontribusi perusahaan dalam mendukung ketahanan energi nasional.
“Berbagai strategi transformasi bisnis telah kami terapkan seperti peningkatan portofolio pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan dan pengembangan hilirisasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME),” Arsal Ismail menjelaskan.
Dari sisi operasional pertambangan, Arsal menambahkan, terdapat dua program utama yang dijalankan yakni Eco Mechanized Mining dan E-Mining Reporting System.
Pada program Eco Mechanized Mining, perusahaan mengganti peralatan pertambangan yang menggunakan bahan bakar berbasis fosil menjadi elektrik.
Sementara pada program E-Mining Reporting System, Bukit Asam memanfaatkan platform pelaporan produksi secara real time dan online sehingga mampu meminimalisasi monitoring konvensional dengan kendaraan dan mengurangi penggunaan bahan bakar.
Tidak hanya itu, Bukit Asam juga gencar menerapkan program manajemen karbon, sebuah program integrasi untuk mengurangi emisi karbon dalam operasional pertambangan perusahaan.
Beberapa usaha manajemen karbon yang dilakukan yakni reklamasi, dekarbonisasi operasional tambang, dan studi CCUS.
Terkait dengan kajian CCUS ini, Bukit Asam juga sedang menggelar kompetisi teknologi dekarbonisasi yang menitikberatkan inovasi di bidang carbon reduction dan CCUS dengan tajuk Bukit Asam Innovation Award 2022 Greenovator Indonesia.
“Kompetisi tersebut kita harapkan dapat mendukung lahirnya inovasi-inovasi terkait teknologi dekarbonisasi di bidang pertambangan, khususnya batu bara, untuk menciptakan energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan,” tegas Arsal.(*)
Discussion about this post