Lokasi pelemparan bisa dikatakan sebagai titik buta bagi pengemudi. Sebab, lokasinya tak memiliki lampu penerangan jalan dan sangat gelap.
Pasca dilempari, Harun lalu memfoto kerusakan mobilnya dan mengirimkan ke WA Group pengelola angkutan serta sesama sopir. Pengelola lantas langsung merespon cepat dengan mendatangi Harun. Begitu pun rekan sesama sopir yang saat itu sedang melintas.
Setelah melakukan perbaikan sedikit pada kaca mobilnya, Harun lantas melanjutkan perjalanannya menuju KM36 Jalan Servo.
Lokasi Pelemparan Tidak Ada Penerangan dan Patroli Polisi, Bisa Berdampak pada PHK
Minimnya penerangan di sepanjang jalan tersebut dikeluhkan oleh sopir dan tentunya masyarakat. Aksi kejahatan bisa dengan mudah terjadi.
Terlebih, setelah kejadian ini dilaporkan ke pihak berwajib, belum ada respons yang signifikan yang bisa memberikan ketenangan dan kenyamanan bagi para sopir truk batubara ini.
Perasaan takut dan was-was terus menghinggapi para sopir. Sehingga, mereka tidak tenang bekerja. Peristiwa pelemparan itu menjatuhkan mental mereka.
Menurut Harun, dia dan rekannya sesama sopir memilih melintasi jalur di saat-saat tenang saja. “Jika sudah ada sopir yang diserang, mereka lebih memilih menunggu di pool hingga jalanan benar-benar sudah sepi untuk melanjutkan perjalanan,” jelasnya.
Akan tetapi, hal ini justru berimbas pada target ritase perjalanan sering tak tercapai hingga akhirnya pendapatan mereka juga ikut menurun.
“Kalau dulu dalam sebulan saya paling sedikit bisa 25 ritase. Dengan kondisi sekarang, 20 ritase itu sudah beruntung. Apalagi waktu melintas di malam hari sudah diperpendek,” bebernya.
Discussion about this post