Lebih jauh, turunnya ritase ini berkaitan dengan pengiriman batubara yang juga membuat pendapatan jauh menurun drastis.
Dampak yang mungkin muncul apabila pendapatan perusahaan batubara ini turun diprediksi akan lebih besar lagi.
Seperti misalnya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang notabene justru merugikan warga Muara Enim sendiri, karena sebagian besar pekerja lokal adalah warga Muara Enim dan sekitarnya.
“Bagi kami ini seperti melintas di jalur gaza. Memang hanya batu yang dilempar. Bukan bom. Tapi, ini mengancam jiwa dan keselamatan kami maupun pengendara lain,” kata sopir truk lainnya, Nurdiansyah (32), warga Lampung.
Terpisah Pemerhati Sosial dari Yayasan Green Invite Sembilan, Sigit Raharjo mengaku miris melihat kondisi tersebut. Dia menyayangkan dengan adanya pelemparan batu yang dilakukan oknum masyarakat.
“Sopir hanya bekerja, terlepas dari apapun pemicunya, mereka pekerja yang dilindungi, mudah-mudahan bisa tertangkap dan lebih aman semua bisa berjalan lancar,” katanya.
Sigit mengatakan, solusi lain yang harus segera diwujudkan yakni pembuatan jalan khusus batu bara. Menurutnya, seluruh pemegang IUP harus kompak untuk mewujudkan itu.
“Pemerintah sebagai pembina pengusaha batu bara ini juga diminta untuk mendorong seluruh perusahaan agar bisa bekerja sama membuat jalan khusus tersebut. Sehingga konflik atau gesekan dengan masyarakat bisa diminimalisir,” tandasnya. (SMSI Sumsel)
Discussion about this post