Oleh: Febri Malfi (Mahasiswa Program Doktor Pendidikan Islam UIN IB Padang)
Psikologi agama terdiri dari dua suku kata, yaitu “psikologi” dan “agama”. Kata psikologi diambil dari bahasa Yunani, “psyche” yang artinya jiwa, dan “logos” yang berarti ilmu.
Jadi psikologi adalah ilmu yang membahas tentang jiwa dan gejala-gejala yang muncul pada jiwa. Sedangkan agama berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari kata “a” artinya tidak dan “gama” artinya kacau. Sehingga agama berarti tidak kacau.
Hal itu mengandung pengertian bahwa agama adalah suatu peraturan yang mengatur kehidupan manusia agar tidak kacau.
Dapat dikatakan bahwa psikologi agama merupakan suatu ilmu yang mempelajari jiwa, kepribadian, tingkah laku, emosi, hasrat dan fanatik beragama seseorang yang timbul berdasarkan tingkat keagamaannya.
Psikologi agama juga meneliti lebih jauh tentang bagaimana hubungan dan pengaruh suatu agama dengan jiwa, perilaku dan kebiasaan seseorang.
Psikologi agama memiliki pengaruh dan manfaat yang besar terhadap tingkat keimanan yang ada pada diri manusia, khususnya agama Islam dan agama lainnya secara umum. Karena secara garis besarnya, visi dari ilmu psikologi agama itu sendiri adalah untuk mengantarkan manusia kembali kepada fitrahnya, yaitu sebagai hamba dari sang pencipta.
Manfaat dari psikologi agama dalam kehidupan manusia
Manfaat psikologi agama adalah untuk meningkatkan keimanaan kepada sang pencipta. Dalam agama Islam, tujuan manusia diciptakan adalah sebagai hamba dan selalu senantiasa mengabdi kepada sang Khaliq. Sebagaimana yang dikatakan dalam firman Allah Q.S Az-Zariyat ayat 56: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
Discussion about this post