By Dedi Hermanto
PRnewspresisi.com–Budaya perayaan hari valentine, sejatinya bukanlah budaya yang ada di Indonesia. Namun permasalahannya, budaya hasil adopsi budaya asing (barat) itu sudah mengakar kuat di negara kita. Hal ini terjadi, karena adanya kebiasaan masyarakat, kesukaan masyarakat, dan lain sebagainya, sehingga masing-masing masyarakat memiliki sikap, kebiasaan, dan kesukaan yang beragam.
Dalam hal ini, tidak menutup kemungkinan dari budayalah kekuatan sosial yang paling atas. Budaya dengan mudah menyebar, menguasai, dan mewarnai kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, bisa terjadi perubahan budaya, pergantian budaya atau adopsi budaya masyarakat.
Makna kasih sayang merupakan salah satu sifat yang harus dimiliki oleh setiap orang sebagai anggota sosial masyarakat. Sebagai warga negara, kita selalu bercita-cita dapat mewujudkan kehidupan yang damai, harmonis, sejahtera, dan rukun dalam rangka membangun masyarakat yang maju.
Dalam kesempatan ini, karena masyarakat Indonesia mayoritas adalah beragama Islam, maka tidak ada salahnya kita sedikit berbicara pemaknaan hari kasih sayang dari sudut pandang Islam.
Dalam Alquran kita dikenalkan sifat-sifat manusia ada yang bersifat baik dan ada juga yang bersifat buruk.
Alquran sebagai kitab suci umat Islam bertujuan untuk memperbaiki budi pekerti manusia dan mendorong perubahan sifat buruk manusia ke arah sifat yang lebih baik.
Hakikatnya, sifat baik manusia sudah ditunjukkan dalam Alquran yang hanya terkandung satu sifat manusia, ar-rahman, ar- rahim (sifat kasih sayang). Untuk itu, terciptanya sifat tersebut akan menjamin adanya sifat-sifat baik pada diri manusia.
Dalam hadits Bukhari-Muslim mengatakan, “Perumpamaan orang-orang mukmin tentang hal berkasih sayang dan saling mencintai, layaknya sebatang tubuh. Jika salah satu dari anggota tubuh merasa sakit, maka seluruh anggota tubuh pun demikian.”
Dari sini, kita menemukan pembelajaran baru dalam bentuk empati. Yakni merasa saling mengerti, memahami, merasakan, membantu dalam kesulitan, dan memberlakukan keadilan.
Sebagai makhluk Zoon Politicon atau makhluk sosial, kata filosof , Aristoteles, manusia tidak dapat hidup sendiri, selalu membutuhkan orang lain untuk berinteraksi. Interaksi sendiri merupakan salah satu media komunikasi bagi manusia hidup bersosial masyarakat.