Hidup berdampingan dengan latar belakang dan pemikiran yang beragam adalah warna warni kehidupan. Kendati demikian, manusia harus memiliki tenggang rasa, toleransi, musyawarah mufakat, satu padu, dan bahu-membahu untuk menciptakan kehidupan yang damai, adil, guyup rukun, dan sejahtera.
Pada zaman Rasulullah SAW pun pasukan Islam dari Madinah merebut kembali kota Mekkah. Hal ini terjadi pada bulan Ramadhan, tepatnya tanggal 10 Ramadhan tahun ke-8 hijriyah.
Rasulullah SAW kemudian dengan lantang berpidato kepada pasukan tawanan perang itu : “Wahai manusia, hari ini bukan hari pembantaian, melainkan hari ini adalah hari kasih sayang. Dan kalian semua merdeka, kembalilah ke keluarga kalian maisng-masing.”
Mendengar pidato itu, pasukan Islam terkejut. Berjuang hidup-mati, dilecehkan dihina sekian lama, namun ketika kemenangan sudah digenggaman malah musuh dibebaskan.
Tak lama, akhirnya permasalahan terselesaikan dengan tawaran dari Rasulullah SAW kepada para sahabat untuk memilih dia (Rasulullah) atau harta benda rampasan perang.
Rasulullahpun pada suatu hari telah menandatangani prasasti piagam Madinah dengan simbol keberagaman (pluralisme) antarsuku, ras, agaman, dan golongan.
Menyoal peringatan hari kasih sayang sedunia ini, diharapkan tak ada lagi penindasan, penghakiman massal antarsesama warga dengan alasan perbedaan keyakinan dan agama.
dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 29 ayat (3), menyebutkan bahwa, “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama dan kepercayaan masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya tersebut.”
Perbedaan-perbedaan yang terjadi antarumat sudah digariskan Supaya manusia hidup saling melapangkan dada untuk berbela-rasa bahwa keberagaman adalah kemutlakan di manapun kaki berpijak dan kepala berteduh.
Untuk itu kita berpesan berkasih sayanglah antarsesama untuk melangkah bersama, beriringan untuk mewujudkan bangsa dan negara yang maju. Semoga….