Misi damai santri
Kiprah santri di dunia diplomasi kembali hadir melalui diplomasi perdamaian Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada 2005-2006, yakni memenuhi keinginan Pemerintah Thailand dibawah Perdana Menteri Thaksin Shinawatra untuk memediasi proses penyelesaian konflik antara Pemerintah dengan masyarakat Muslim Patani di Thailand Selatan.
Pertimbangan strategis Pemerintah Thailand dalam konteks ini adalah keberadaaan Nahdlatul Ulama sebagai organisasi massa Islam yang berhaluan moderat dan sangat berpengaruh serta adanya persamaan budaya dan tradisi antara masyarakat Melayu Muslim di Thailand Selatan dengan praktek keagamaan Nahdlatul Ulama di Indonesia.
Di samping di Thailand, PBNU juga telah melakukan langkah-langkah diplomasi terkait penyelesaian konflik Palestina-Israel-Lebanon serta konflik di Afganistan, meski menghadapi tantangan yang lebih kompleks serta mempengaruhi hasil diplomasinya.
Khusus di Indonesia, kaum santri telah memberikan kontribusi penting pada masa perang kemerdekaan. Pada era ini para santri bersama pejuang kemerdekaan lainnya secara gagah berani terjun ke medan perang melawan kaum penjajah. Pertempuran heroik di Surabaya pada 1945 merupakan peristiwa pertempuran besar yang menjadi saksi heroisme para laskar santri pejuang.
Semangat membara mereka untuk mengusir kekuatan kolonial Belanda yang ingin kembali menduduki Ibu Pertiwi tidak terlepas dari adanya pengaruh Resolusi Jihad KH Hasyim Asy’ari dengan fatwanya Hubbul wathan minal iman (cinta tanah air adalah sebagian dari iman).
Resolusi Jihad KH Hasyim Asy’ari tanggal 22 Oktober 1945 merupakan momentum sejarah yang sangat penting bagi kaum santri. Di era kekinian momentum bersejarah tersebut diabadikan sebagai sebagai “Hari Santri Nasional” (HSN) yang perayaannya diselenggarakan setiap tanggal 22 Oktober.
“Sebagai bagian dari keluarga santri, Alhamdulillah, saya menyambut baik kehadiran buku Diplomasi Santri karya seorang diplomat karier sekaligus pemerhati isu kesantrian,” kata Wapres KH Ma’ruf Amin dalam Kata Pengantar pada buku yang ditulis Dr. Arifi Saiman itu.
Discussion about this post