DINASTI POLITIK DAPAT MENJADI “BERMASALAH”: ANALYST
Dinasti politik bukanlah fenomena baru di Indonesia. Selain BJ Habibie, presiden ketiga Indonesia, setiap presiden Indonesia sejauh ini memiliki setidaknya satu anggota keluarga dekat yang terjun ke dunia politik. Namun,Yoes Kenawas, yang berspesialisasi dalam politik dinasti mengatakan bahwa dinasti politik semacam itu dapat menimbulkan masalah.
Kenawas mengatakan bahwa kehadiran dinasti politik di sebuah partai menghambat perkembangan politisi lain yang tidak memiliki koneksi yang kuat.
Ini menghambat perkembangan anggota partai karena seseorang yang memiliki koneksi dapat melewati orang lain yang telah bekerja keras di dalam jajaran partai”, kata Kenawas, yang lulus dari Universitas Teknologi Nanyang Singapura.
“Dinasti politik dapat mengikis institusionalisasi partai. Jadi dalam jangka panjang, ini membuat partai enggan mengembangkan anggota yang cakap karena mereka yang memiliki koneksi dapat dengan mudah melewati yang lain,” kata Kenawas.
Ini khususnya terjadi ketika seorang anggota dinasti politik dipersiapkan untuk peran kepemimpinan senior.
Kenawas mengatakan bahwa dia mengakui dinasti politik ada karena para pemimpin puncak menginginkan “seseorang untuk melanjutkan warisan mereka”.
“Kita perlu memahami mengapa politisi memilih rakyatnya sendiri dan itu karena ada masalah kepercayaan. Itu sebabnya mereka memilih orang yang mereka percayai yang dapat menangani apa yang ingin mereka lakukan, dan terkadang itu tidak dapat dihindari.
“Mereka membutuhkan program mereka untuk dieksekusi atau ada tujuan tertentu yang ingin mereka capai,” kata Kenawas.
Dia berpendapat, reformasi bisa didorong dalam bentuk undang-undang partai untuk mencegah situasi anggota dinasti politik yang langsung diajukan sebagai caleg.
“Misalnya, jika seseorang ingin dicalonkan oleh partai politik, orang itu harus sudah menjadi anggota partai politik itu minimal lima tahun. Dengan cara ini, para pemula bisa belajar terlebih dahulu,” ujar Kenawas yang saat ini sedang menempuh pendidikan doktoral di Northwestern University.
Discussion about this post