Iskhaq berharap kampus yang ada di Sumbagsel dapat mengacu pada SGDs yang dijadikan masyarakat internasional sebagai referensi. “Sekarang bagaimana PTS membuka diri. Acuan yang paling realistis itu 17 SGDs. Di sana ada perubahan iklim, lingkungan, air, dan pemanasan global. Masing-masing program studi harus bisa memetakan kurikulum dan pembelajaran agar hasil risetnya terkoneksi secara global,” imbaunya.
Fasilitasi Mahasiswa Magang di UMKM
Sementara itu, LLDIKTI Wilayah 2 Palembang juga memfasilitasi program mahasiswa magang “UMKM Merdeka”. Menurut Iskhaq, kegiatan ini baru tahap awal di Sumsel dan diikuti tiga perguruan tinggi swasta (PTS), yakni Universitas Bina Darma (UBD), Universitas MDP, dan Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP). Sementara, ada tiga UMKM yang menandatangani pakta integritas, yakni Pempek Mama Ipet, Palembang Harum, dan Rengkes 21. “Kami ajak bergabung. Satu hal yang perlu dilakukan membuat konsorsium PTS, dimulai tiga (kampus) ini dulu,” ungkap Iskhaq.
Agar lebih mudah mengontrol di awal, kata dia lagi, pihaknya hanya melibatkan 3 PTS yang akan membina 10 UMKM. Masing-masing UMKM didampingi 6 mahasiswa. Jadi ada 60 mahasiswa yang mendampingi UMKM. Tentu ada mentornya. “Mahasiswa akan berkonsultasi. Teknis di lapangan dosen pembimbing juga dapat berperan. Ada form yang harus diisi. Sehingga target sasaran dapat terealisasi,” imbuhnya.
Ditanya mahasiswa disabilitas, Iskhaq menegaskan haknya sama. Mahasiswa disabilitas yang kurang beruntung punya talenta yang sama. “Kalau untuk berwirausaha tidak dibatasi oleh fisik. Ide muncul dari siapa saja. Mahasiswa berkebutuhan khusus tidak perlu ragu mendaftar. Tetap kami berikan perlakuan yang sama,” tegasnya.(red)
Discussion about this post