HARRIS SUYATA
PRnewspresisi.com–SAJIAN menu ampiang dadiah, mie rebus, nasi goreng, dan soto menjadi pengobat rindu Tahir (43), perantau dari Jakarta, bersama teman-teman sejawat saat duduk di bangku SMA. Hidangan itu disantap sembari berkelakar, menceritakan masa-masa lalu.
Hingga hidangan itu habis, cerita mereka seperti tak pernah usai, seakan larut dalam suasana hujan sore itu sekira pukul 16.15 WIB, Jumat (12/4) di Restoran Gumarang
“Sudah dua tahun tidak pulang, ini baru kami bisa bertemu lagi. Suasana Restoran Gumarang ini seperti mengembalikan kenangan kami dimasa lalu. Kami sering ke sini waktu SMA dulu,” ujarnya
Di hari libur Lebaran ini, Resto Gumarang terlihat sangat ramai. Pengunjung datang silih berganti. Di resto itu jejak-jejak Minang seperti mengkristal dalam mangkuk-mangkuk dan wadah kudapannya.
Resto Gumarang menjadi salah satu pilihan menarik warga Padang Panjang dan sekitar, maupun para perantau yang pulang Lebaran. Lokasinya sangat strategis di pusat Kota Padang Panjang membuatnya mudah dijangkau.
Sesungguhnya tujuan pertama-tama pengunjung bukan hanya sekadar mencicipi menu-menu yang unik, tetapi sekaligus bernostalgia.
“Ibarat kata orang rantau, belum lengkap rasanya pulang kampung kalau tidak singgah ke Gumarang,” diungkapkan penerus restoran Gumarang, Sudirman Sutan Marlaut yang akrab dipanggil Pak Haji Laut (62)
Restoran Gumarang didirikan oleh seorang veteran pejuang kemerdekaan bernama Muchtar Datuk Pisang pada 1970. Kata Gumarang itu diambil dari salah satu nama kuda pacu yang berarti kuda putih khas Minangkabau. Sejak awal berdiri, restoran ini sudah dipadati pelanggan. (*)