Oleh: Yusrijal Dt.Mangkudun
PRnewspresisi.com–Pepaya sangat kaya dengan berbagai nutrisi. Dalam pepaya terdapat berbagai kandungan nutrisi seperti vitamin A, C, serat, folat, dan potasium, beta karoten, kalsium, kalium, serta mengandung enzim papain yang baik untuk pencernaan.
Rasanya manis dan segar. Makin ke ujung, buah pepaya terasa semakin manis. Banyak orang memakan pepaya mulai ujungnya. Mereka ingin mendapatkan manisnya duluan. Hal itu tidak salah. Idealnya, makan pepaya mulai dari pangkalnya. Anda merasakan sensasi manis dan semakin manis. Luar biasa! Semakin ke ujung semakin manis dan semakin nikmat.
Bulan Ramadan juga begitu. Semakin ke ujung semakin manis. Makin ke ujung makin bernilai.Semakin ke ujung nilainya semakin tinggi. Semakin ke ujung semakin besar nilai amalannya dan semakin besar pula pahalanya. Semakin ke ujung, semakin bermanfaat baik raga maupun jiwa.
Para ulama membagi malam Ramadan menjadi tiga bagian. Sepuluh hari pertama merupakan malam malam rahmat. Sepuluh malam kedua meRupakan malam-malam maghfirah atau ampunan. Sepuluh malam ketiga merupakan malam malam itqum minannar atau terbebas dari api neraka.
Gunakanlah fasilitas yang diberi Allah ini untuk melaksanakan qiyamul lail. Isilah dengan peningkatan ibadah. Tingkatkan kualitas salat wajib, salat rawatib, salat tarawih. Selain itu, isi dengan membaca Alquran, bersedekah, berinfak, menyantuni anak yatim, memberi makan fakir miskin, dan sebagainya.
Fasilitas lain yang diberikan Allah pahalanya juga berlipat ganda. Ibadah sunat pahalanya sama dengan ibadah wajib di luar ramadan. Ibadah wajib pahalanya semakin dilipatgandakan. Ada suatu malam yang nilai ibadahnya sangat tinggi yaitu malam qadar. Beribadah di malam itu pahalanya sama dengan seribu bulan.
Manusiawi, jika banyak orang yang menginginkan buah manis Ramadan. Hal juga perintah Allah SWT. Inginkan Ramadan benar-benar bermanfaat bagi dirinya. Inginkan Ramadan mampu mengubah dirinya. Akan tetapi, seribu godaan melenakan. Seribu godaan membuat kita kehilangan kekuatan motivasi.
Para ulama, para ustad telah memberi banyak motivasi untuk menjadikan Ramadan sebagai bulan istimewa. Jika kita belum juga termotivasi, belum juga tergerak hatinya, bangkitkan motivasi internal, dari dalam diri kita. Motivasi diri secara internal-lah yang memiliki kekuatan dahsyat dan mampu bertahan.
Dengan motivasi diri, kita akan mampu merasakan manisnya beribadah. Apalagi didukung dengan kekuatan iman. Teruslah berjalan, teruslah berlari sampai ke ujung lintasan Ramadan. Jangan berhenti di tengah. Seperti pelaut ulung, sekali layar terkembang berpantang surut. Maju terus, pantang mundur!