Para pelajar yang melakukan aksi tawuran sebagian terinspirasi dari film-film laga yang menontonkan perkelahian beramai-ramai. Faktor-faktor penyebab tawuran tersebut pada intinya adalah bentuk ketidakpandaian pelajar yang masih remaja tersebut dalam mengendalikan diri dan jiwanya.
Jiwa remaja yang masih penuh dengan gejolak dan huru-hara haruslah perlu dikontrol agar mereka tidak salah dalam memperlihatkan eksistensi dirinya, seperti tawuran.
Pelajar yang tergolong remaja tersebut memanglah belum mampu untuk mengendalikan jiwa dan emosinya. Pelajar yang masih remaja juga berada pada fase transisi, dimana mereka ingin mencoba segala hal untuk menemukan jati diri.
Dalam hal penemuan jati diri ini, pada hakikatnya para remaja membutuhkan bimbingan dan rangkulan dari berbagai pihak agar mereka tidak salah arah. Apabila para remaja itu dibiarkan saja dalam berbuat sekehendak hatinya, maka dampaknya akan buruk ke depannya.
Kemudian apabila remaja sudah terbiasa dengan lingkungan yang “kotor” dan “tidak sehat”, maka dapat dengan mudah menjerumuskannya pada hal-hal yang tidak baik, seperti perilaku tawuran tersebut.
Discussion about this post