Oleh : Drs.Petrizal
(Kepala SMPN 2 Payung Sekaki)
Payung Sekaki, PRnewspresisi.com—Jalan berliku sekolahku, Berbatu beronak duri, Pendakian terjal tak menjadi aral,
Disana kugantung asa yang tinggi, sekolahku janjikan prestasi…
Jika mendengar nama Nagari Aie Luo maka sebagian masyarakat Kabupaten Solok akan membayangkan suatu nagari yang jauh dari kata maju. Sebuah nagari yang berada dibalik lebatnya hutan dan dikelilingi oleh perbukitan.
Untuk Jarak dari nagari Aie Luo dengan pusat pemerintahan di Arosuka lebih kurang 35 KM, sementara dengan pusat kecamatan di Nagari Sirukam sejauh 14 KM. Sedangkan Kondisi jalan menuju Nagari Aie Luo dari Nagari terdekat yaitu Nagari Supayang termasuk kategori daerah rawan, baik rawan bencana maupun rawan keselamatan.
Jalur yang dilalui menuju kesana berada ditengah-tengah perbukitan dengan sisi kiri tebing dan sisi kanan berupa jurang, terkadang membuat nyali ciut bagi mereka yang pertama kali ke sana, apalagi selama perjalanan itu kita tidak akan menjumpai pemukiman penduduk.
SMPN 2 Payung Sekaki awalnya merupakan sekolah rintisan satu atap pertama yang berdiri di Kabupaten Solok pada tahun 2005 dan sebelum tahun 2017 termasuk sekolah yang berada di Daerah khusus. Di tahun pelajaran 2023/2024, sekolah ini memiliki 10 orang guru yang terdiri dari 8 ASN dan 2 Tenaga Honorer serta jumlah siswa sebanyak 33 orang.
Berdasarkan rasio jumlah siswa dan rombongan belajar, maka SMPN 2 Payung Sekaki ini termasuk sekolah kecil di Kabupaten Solok. Sedangkan Dalam pelaksanaan kegiatan dan pengadaan sarana prasarana di sekolah, terbilang minim, SMPN 2 Payung Sekaki harus mencari cara agar pembangunan tetap berjalan demi meningkatkan kenyamanan peserta didik dalam pembelajaran.
Untuk Pengadaan sarana prasarana dan pembangunan sarana penunjang tidak mungkin dibebankan kepada dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang tidak seberapa atau juga meminta bantuan kepada orang tua/wali murid yang pada umumnya kehidupan ekonomi mereka menengah ke bawah.
selaku kepala SMPN 2 Payung Sekaki ketika ditunjuk menahkodai SMPN 2 Payung sekaki, Hal pertama yang saya lakukan adalah memetakan prasarana yang dibutuhkan untuk mewujudkan ketahanan sekolah. berdasarkan hasil analisis dan diskusi bersama majelis guru maka ada 3 (tiga) skala prioritas yang akan dibangun untuk sekolah ini.
Skala ketiga prioritas pembangunan itu antara lain : 1. Pagar Sekolah, 2. Pengadaan Kantin Sekolah, dan 3. Tempat berwudhu yang resprentatif.
Ketiga skala prioritas itu dianggap sesuatu yang mendesak untuk dibangun karena terkait dengan ketahanan, keamanan, dan kenyamanan sekolah.
Untuk membangun ketiga prioritas tersebut maka kepala sekolah bersama majelis guru mengadakan donasi untuk pembangunan tersebut serta mencari bantuan dari pihak luar. Selanjutnya, mereka memberdayakan sumber daya alam yang berada di lingkungan sekolah berupa pasir dan kerikil yang berada di bantaran Batang Suo yang ada di belakang sekolah.
Untuk pengerjaan pembangunannya, maka SMPN 2 Payung Sekaki memanfaatkan tenaga honorer laki-laki yang paham dalam seluk beluk pengerjaan bangunan termasuk tenaga kepala sekolah sendiri sehingga Pembangunan dapat dilakukan secara swadaya dan dilaksanakan secara bergotong-royong yang melibatkan warga sekolah.
Perlahan tapi pasti, secara bertahap dan berkala akhirnya membuahkan hasil dengan selesainya ketiga program
prioritas pembangunan tersebut yang kini dapat dimanfaatkan oleh seluruh warga sekolah.
Belajar dari manajemen kewirausahan di SMPN 2 Payung Sekaki ini kita dapat memetik pelajaran bahwa bagaimanapun letak dan kondisi sekolah, apabila dikelola dengan niat yang tulus akan menghasilkan sesuatu yang sangat bermanfaat tanpa harus berkeluh kesah dengan anggaran sekolah yang ada. Perlahan tapi pasti SMPn 2 Payung Sekaki Membangun Dengan Hati.
Tugas seorang kepala sekolah adalah harus selalu menciptakan situasi yang kondusif dengan membangun komunikasi yang hidup, baik di antara warga sekolah maupun pihak lain di luar lingkungan sekolah. Oleh karena itu, semua program sekolah harus dirancang secara bersama-sama dan bila terdapat persoalan, maka harus diselesaikan secara kekeluargaan sembari berbicara dari hati ke hati.