Pasca perang, Negara Taiwan kekurangan barang-barang dan bahan-bahan, ekonomi mengalami depresi, dan inflasi yang parah.
Pada tahun 1953 ekonomi Taiwan kembali meningkat, pemerintah Taiwan menggiatkan kebijakan “Merawat industri dengan pertanian di atas pondasi kekuatan Sendiri. Dengan modal, tenaga kerja, dan kecakapan yang ada di Taiwan. Ekonomi Taiwan secara cepat bergerak ke arah pertumbuhan yang pesat.
Dalam pertumbuhan ekonomi di era tahun 1950 pemerintah Taiwan menjalankan kebijakan substitusi impor, mengambil yang diperoleh pertanian untuk memberi dukungan pada sektor industri, menukar ekspor produksi pertanian untuk mata uang asing menjadi impor permesinan industri, sehingga mengembangkan sektor industri.
Pemerintah meningkatkan berbagai bea, mengendalikan devisa dan membatasi impor untuk melindungi industri domestik. Setelah melewati masa-masa pertumbuhan antara tahun 1950-1960, Pada tahun 1971, Taiwan memiliki surplus perdagangan asing dan sejak saat itu terus berada dalam kondisi ekspor dan produsen besar barang-barang elektronik.
Hubungan Taiwan dengan Indonesia
Indonesia seperti negara-negara lainnya tidak mempunyai hubungan diplomatik resmi dengan Negara Taiwan. Namun untuk menjalankan kepentingan pemerintah Indonesia di Taiwan, sejak tahun 1967 pemerintah Orde Baru menempatkan petugas Badan Koordinasi Intelijen Negara (BAKIN) sebagai salah satu bentuk awal perwakilan pemerintah Indonesia di Taipei.
Tahun 1970, perwakilan ini kemudian diorganisir secara resmi dengan pembentukan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) di Taipei yang beranggotakan petugas intelijen dari BAKIN dan imigrasi dari Departemen Kehakiman.
Discussion about this post