Oleh: Drs.Bgd. Zainal Rky.Latcumo
Ketua I IKM kabupaten Banyuasin
PRnswspresisi.com–Minangkabau merupakan salah satu suku bangsa dari berbagai suku dalam kesatuan negara Republik Indonesia. Adapun kultur dan budayanya yang berbeda dari suku bangsa lainnya di Indonesia, namun uniknya masyarakat Minangkabau menganut sistim matrelenial berdasarkan garis keturunan ibu ( bernasab kepada Ayah bersuku ke ibu).
Sumatera Barat khususnya pada masa lampau para generasi muda anak laki laki Minangkabau tidak punya kamar ( bilik) dirumah Gadang, hal ini tabu bagi semua anak laki laki Minangkabau, karena yang punya kamar anak perempuan ( Anak Gadih) dan perempuan yang sudah menikah bersama suaminya yang sudah berkeluarga ( urang Sumando), maka kondisi ini memberikan peluang kepada anak laki laki berada di luar rumah, sehingga mereka pada malam hari anak laki laki berada di surau dan sewaktu waktu juga berada dilapau ( warung kopi).
Dua tempat ini menempa dan melatih diri untuk menjadi seorang calon pemimpin, baik pemimpin dirinya, keluarga dan pemimpin masyarakat pada umumnya. Sementara Surau merupakan suatu sarana dan fasilitas bagi anak bujang untuk mendapatkan pelajaran agama, mulai mengenal pelajaran Al-Qur’an atau mengaji sampai katam.
Dengan penuh semangat dan motivasi yang tinggi, setiap orang atau anak yang mengaji selain diuji oleh para guru mengaji, juga pada waktu tertentu ada kunjungan ke Surau disekitar nagari nya untuk bersama -sama mengaji sehingga pada saat itu dikenal dengan tadarus bergiliran sesuai kesepakatan bersama antara Surau – Surau disekitar nagari tersebut, bagi peserta atau ( santri ) merasa malu dan rendah diri kalau tampil tidak maksimal sesuai dengan aturan bacaan Alquran ,tajwid, irama dan lainnya, juga menjaga nama guru dan suraunya.
Selain belajar mengaji, di surau mereka di ajarkan tentang ibadah lainnya yang paling pokok adalah tentang sholat fardhu dan ibadah lainnya. Peran Surau tidak lepas sampai di sini, pada malam – malam tertentu setelah mengaji juga di ajarkan pepatah – petitih ,berpidato secara Minangkabau belajar kato pasambahan , belajar kato nan ampek etika berbicara dengan lawan bicara yang lazim diminangkabau hal ini melatih keberanian menyampaikan gagasan dan keberanian tampil di masyarakat luas karena di Minangkabau, dalam kehidupan sosial masyarakat setiap Ada acara, pesta pernikahan, acara resmi dan keramaian selalu dibuka diawali kato pasambahan.
Sehingga Surau melatih laki laki Minangkabau terampil berbicara dengan orang lain lawan bicara dengan baik, sopan santun.
Disamping itu Surau ada juga dijadikan sarana olahraga menjelang masuk waktu Maghrib, dikenal dengan permainan sepak raga ( sepak Rago) sekarang dikenal dengan olahraga sepak takraw dengan aturan tersendiri. Hal memberikan manfaat yang luar biasa selain mampu mengolah badan/ fisik dan mampu mengolah pikiran dan prediksi ( rasa) bagaimana pergerakan bola rotan tersebut datang, dari belakang, dengan dan samping dapat diterima tepat dan kembalikan kepada peserta lain, Serta olahraga ini memberikan suatu gerakan yang cepat,tangkas, sehingga gerakan langkah kaki menjadi ringan, lincah dan kokoh.