Tim Penyelamat Evakuasi Mayat Pasca Gempa di Turkey

Turkey, PRnewspresisi.com -- pekerja penyelamat di sebuah kota bernama Kahramanmaraş mengatakan bahwa mereka bisa mencium bau mayat saat mereka menggali melalui tumpukan puing di pusat kota yang sekarang begitu hancur akibat gempa bumi dan gempa susulan sehingga banyak bangunan telah hancur seluruhnya menjadi puing-puing.

“Kami berharap masih ada dua orang yang masih hidup di bawah sana,” kata Zafer Yildiz, seorang relawan, sambil menunjuk ke arah tumpukan beton, logam bengkok, dan furnitur. “Sebagian besar orang yang kami temukan di bawah reruntuhan sudah mati,” katanya.

Mehmet Boskert dengan hati-hati mengeluarkan buku doa dari sisa-sisa gedung bertingkat, saat dia menggali dengan tangan bersarung tangan dengan harapan menemukan saudara laki-laki dan iparnya masih hidup.

“Setelah saya berhasil keluar dari puing-puing ketika rumah saya runtuh, saya datang ke sini untuk mencoba menemukan mereka,” katanya.

“Aku hanya bisa berharap, tapi sepertinya sudah terlambat. Tim darurat datang terlambat, dan baru hari ini mereka membawa para penggali ini. Saya harap mereka bisa melakukan

“Kami berharap masih ada dua orang yang masih hidup di bawah sana,” kata Zafer Yildiz, seorang relawan, sambil menunjuk ke arah tumpukan beton, logam bengkok, dan furnitur. “Sebagian besar orang yang kami temukan di bawah reruntuhan sudah mati,” katanya.

Mehmet Boskert dengan hati-hati mengeluarkan buku doa dari sisa-sisa gedung bertingkat, saat dia menggali dengan tangan bersarung tangan dengan harapan menemukan saudara laki-laki dan iparnya masih hidup.

“Setelah saya berhasil keluar dari puing-puing ketika rumah saya runtuh, saya datang ke sini untuk mencoba menemukan mereka,” katanya. “Aku hanya bisa berharap, tapi sepertinya sudah terlambat. Tim darurat datang terlambat, dan baru hari ini mereka membawa para penggali ini. Saya harap mereka bisa melakukan

Erdoğan mengumumkan bahwa rumah baru akan dibangun "dalam satu tahun" di 10 provinsi yang terkena dampak gempa, tetapi memberikan sedikit rincian lebih lanjut, termasuk bagaimana konstruksi baru dapat dibentengi terhadap guncangan di masa mendatang.

Saat dia berbicara, pekerja darurat di Kahramanmaraş terus menyisir reruntuhan, seringkali hanya menemukan bagian tubuh. “Kami telah mencoba mengidentifikasi orang, tetapi banyak mayat yang hancur sehingga kami kesulitan mengidentifikasi mereka,” kata seorang relawan yang hanya menyebut namanya Daria. “Pada satu titik kami hanya menemukan lengan, kami harus menunjukkannya kepada beberapa keluarga untuk mencoba mengidentifikasinya.”

Di kota terpencil Pazarcık, perhentian lain dalam tur Erdoğan di zona bencana, Hasan Çıtak berharap bahwa orang tua dan saudara laki-lakinya akan ditemukan hidup di bawah blok apartemen mereka yang hancur. Dia menangis dan putus asa. “Saya sudah di sini sejak gempa menunggu pekerja darurat untuk membantu,” katanya. "Kami memiliki harapan, kami sedang menunggu."

Mereka yang tinggal di Pazarcık, sebuah kota di atas episentrum gempa mematikan dan tempat yang terkait dengan tingkat dukungan yang lebih tinggi untuk partai-partai oposisi Turki daripada di daerah sekitarnya lainnya, mengatakan mereka merasa sedih melihat berapa lama waktu yang dibutuhkan petugas penyelamat dari badan bantuan Afad. tiba. Sebagian besar telah tiba pada Rabu pagi, kata mereka, setelah relawan dan petugas pemadam kebakaran berjuang untuk menangani tanggapan awal.

“Saya datang pagi-pagi sekali. Saya telah menarik orang keluar dari puing-puing. Beberapa tubuh mereka membeku karena kedinginan,” kata Ufuk Akgün, seorang petugas penyelamat. "Saya tidak percaya ada harapan untuk menemukan orang hidup."

Di pinggir jalan yang dekat dengan tempat Erdoğan berada, sekelompok kecil penyelamat menggunakan penggali dan kekuatan mereka sendiri untuk menyisir puing-puing rumah keluarga, saat kerabat penghuni duduk melingkar di sekitar api terdekat, terisak dan menghibur seseorang. lain.

“Ada delapan orang di bawah sana, satu luka-luka, dan tujuh tewas. Kami berusaha menemukan dua yang kami harap masih hidup, ”kata Mehmet Ali, berdiri di dekatnya bersama keluarga. "Tidak ada negara di negara ini," katanya. “Tidak ada apa-apa di sini selama berhari-hari, pemerintah hanya memberikan bantuan ke tempat-tempat yang memilih mereka, dan mereka tidak mengirimkan bantuan ke desa-desa.”

Seorang anak laki-laki yang ditarik dari puing-puing sehari sebelumnya duduk di kursi berlengan dikelilingi oleh teman dan kerabat. Jenazah ayahnya telah ditarik keluar pada Rabu pagi. Dengan berlinang air mata, dia menunggu penyelamat untuk menemukan tubuh ibunya.

Saksi mengatakan bahwa hingga Senin malam, kurang dari sehari setelah gempa pertama terjadi, mereka dapat mendengar suara dan tangisan minta tolong dari orang-orang yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan. Kemudian, pada Selasa pagi, keheningan menyelimuti reruntuhan Pazarcik.

Orang-orang berkelok-kelok di antara gedung-gedung bobrok dan kosong sambil membawa barang-barang sesedikit mungkin. Responden pertama Afad tiba 24 jam setelah gempa, kata seorang pria yang hanya menyebut namanya sebagai Ali. “Sebelum mereka sampai di sini, hanya pekerja dan petugas pemadam kebakaran yang berusaha mengeluarkan orang dari bawah reruntuhan. Tapi itu membutuhkan profesional.

Dia menambahkan: “Setelah gempa pertama, saya bergegas ke rumah teman saya dan mendengar suaranya dari bawah reruntuhan. Sehari kemudian, saya tidak bisa mendengarnya lagi. Jika layanan darurat datang lebih awal, mereka bisa menyelamatkannya.”

Operasi pembersihan terlihat di kota. Pekerja bantuan membagikan sup dan roti sementara orang-orang mengumpulkan karung-karung puing di luar toko roti sebagai langkah pertama menuju perbaikan. Beberapa bangunan baru telah bertahan dari guncangan terburuk dengan kerusakan yang terlihat minimal.

“Rumah saya runtuh sehingga kami tinggal di tenda sekarang,” kata Mehmet Kahraman, yang berhenti di luar masjid yang rusak berat. Sirene ambulans bergema di jalanan. Pria lain dan istrinya masuk melalui gerbang untuk sholat di antara reruntuhan masjid, yang menaranya rusak parah sehingga adzan hanya bisa mengeluarkan suara dentang. Wanita itu membantu pria itu mencuci kakinya sebelum mereka memulai ritual mereka.

“Regu penyelamat datang tapi itu tidak cukup, kami tidak punya listrik, tidak ada air dan tidak ada gas,” kata Kahraman. “Telepon tidak berfungsi. Kami kehilangan begitu banyak orang, kami masih belum bisa menjangkau mereka. Saya memiliki tiga anggota keluarga di bawah puing-puing di desa kami…” Dia terdiam, menangis.(*)