Menyimak dua pandangan tokoh nasional tersebut, bila ingin membela diri tentu bisa dijelaskan dengan berbagai argumentasi.
Misalnya soal ulama dan da’i. Itu dua hal yang berbeda. Ustad Das’at Latif dan Ustad Maulana adalah dua dai yang populer di televisi dan di medsos.
Tapi apakah kedua beliau ulama? Belum tentu Ustad Das’at latif kuat didunia agama, beliau sekolah komunikasi dan mungkin mengetahui ilmu agama walau tak sebanyak ratusan putra Minang yang tamat Al Azhar atau IAIN yang sekarang beralih status menjadi UIN.
Tapi kedua ustad tersebut yang disebut Pak JK itu memang aktual, populer, kajinya sederhana, mudah dicerna dan disukai pemirsa model sekarang.
“Jamaaaaaah…! Kata Ustad Maulana.
terlepas dari itu dan untuk apa pula membela diri? Maka saatnya bagi masyarakat Minang di ranah dan rantau untuk memikirkan bersama bagaimana merencanakan, melaksanakan dan mengembangkan semua hal yang terkait dengan usaha memajukan sumber daya manusia Sumatera Barat secara berkelajutan.
Persoalan ini tidak mungkin masalah baru. Ini sudah menjadi isu tahunan, sejak saisuak atau berpuluh tahun yang lalu.
Namun, jika kita perhatikan secara cermat, sebenarnya tidak pernah surut niat dan usaha di Minangkabau untuk menyekolahkan anak-anak setinggi mungkin, baik di bidang agama maupun di bidang ilmu umum.
Tak sedikit intelektual Minang berkiprah dalam berbagai profesi, baik yang lahir di luar Sumatera Barat maupun di Sumatera Barat sendiri.
Tapi, khususnya putra Minang yang lahir dan besar di rantau, kadang tidak diketahui bahwa dia berasal dari Ranah Minang. Minggu lalu, masjid Buncit Indah tempat kami menjadi jemaahnya mengundang Dr. Adi Warman yang terkenal itu. Sebelumnya saya tak tahu beliau berasal dari mana.












Discussion about this post