Dana beasiswa itu kita peroleh dari bantun PT Rajawali sebanyak 5 juta dolar Amerika. Konon karena uang itu tidak pernah dipakai, maka kini jumlahnya sudah lebih dari 80 milyar rupiah karena terus berbunga di Bank Nagari.
Saat itu juga dibangun SMA unggul di tiga tempat di Sumatera Barat, dimulai dari SMA 1 Sumbar di Padang Panjang dengan konsep sekolah asrama.
Alhamdulillah, menurut evaluasi Kementerian Diknas dan Ristek, SMA tersebut selalu masuk 50 terbaik nasional dan nomor satu di Sumbar.
Selain itu, juga disediakan sejumlah dana setiap tahun untuk memberi beasiswa bagi dosen di Sumatera Barat yang mengambil program doktor dalam Program 1.000 Doktor dari Pemerintah Daerah.
Di sementara di sekretriat Pemda dibentuk Biro Rantau untuk saling berkolaborasi dan sinergi ranah dan rantau guna kemajuan Sumatera Barat.
Saya tak tahu, apakah semua itu kini masih ada? Atau hilang setelah saya pergi.
Suatu hal yang mungkin menjadi pemahaman banyak orang, bahwa pembangunan sumberdaya manusia, adalah kegiatan berkelanjutan dan tak pernah berhenti.
Karena itu program-program pembangunan yang terkait itu juga harus berkelanjutan dan semakin meningkat. Dievaluasi dan terus disempurnakan bila ada kekurangannya, dan ditingkatkan bila dinilai sudah baik atau sesuai rencana.
Pemimpin bisa berganti karena waktunya. Tapi, sesuatu yang baik harus berlanjut. Apa jaminan itu? Adalah Rencana Pembangunan Jangka Panjang, yang harus dikawal oleh rakyat melalui wakilnya.
Bila harus berterus terang, menurut saya lahirnya tokoh-tokoh hebat dari Minangkabau bukan karena pemerintahnya.
Tapi, di atas kesadaran masyarakatnya yang sangat tinggi akan pendidikan sejak dahulu.
Discussion about this post