Padang, PRnewspresisi.com – Universitas Adzkia kembali menunjukkan komitmennya dalam membangun pendidikan bermutu melalui penyelenggaraan Seminar Internasional, yang tahun ini mengusung tema “Empowering Future Generations: Integrating Education, Psychology and Spiritual Well-Being, and Technology for Sustainable Development.”
Bertempat di Adzkia Convention Center, Kuranji – Padang, pada sabtu (28/06/25) seminar ini diikuti oleh lebih dari 200 peserta, yang terdiri dari mahasiswa Program Magister Pendidikan Dasar di 4 angkatan.
Kegiatan ini menjadi salah satu agenda tahunan Universitas Adzkia yang bertujuan mempertemukan akademisi dan praktisi dari berbagai negara dalam rangka penguatan kapasitas dan wawasan global mahasiswa.
Acara dibuka secara resmi oleh Rektor Universitas Adzkia, Prof. Dr. Irwan Prayitno, M.Sc., Psikolog, yang juga tampil sebagai Keynote Speaker.
Dalam sambutannya, beliau menyampaikan pentingnya pendidikan masa depan yang menggabungkan kekuatan akademik, kecerdasan emosional, spiritualitas, serta kemajuan teknologi. “Pendidikan bukan hanya soal mentransfer pengetahuan, tetapi juga membentuk manusia yang utuh dan siap menghadapi tantangan global dengan nilai-nilai moral dan integritas,” ujar beliau.
Seminar ini menghadirkan narasumber dari tiga negara: Dr. Abdul Rashid Bin Abdul Aziz dari Faculty of Leadership and Management, Universiti Sains Islam Malaysia (USIM), Prof. Dr. Muhamasakri Manyunu, Profesor Madya dari Faculty of Education, Universiti Fatoni, Thailand, Dr. Randi Saputra, M.Pd.Kons, dosen Bimbingan Konseling Islam IAIN Pontianak.
Sesi seminar dipandu oleh moderator Warlan Sukandar, M.A., dan berlangsung secara interaktif. Para narasumber menyampaikan berbagai perspektif penting tentang integrasi pendidikan dan psikologi, pendekatan spiritual dalam pembelajaran, hingga pemanfaatan teknologi dalam dunia pendidikan yang berkelanjutan.
Diskusi berjalan hangat, dengan antusiasme tinggi dari para peserta yang aktif bertanya dan menanggapi materi.
Dalam pemaparannya, Dr. Abdul Rashid Bin Abdul Aziz secara khusus membahas tentang bagaimana mencapai well-being dari sisi kesehatan mental, terutama dalam konteks kehidupan akademik dan sosial mahasiswa. Ia menjelaskan bahwa tantangan psikologis seperti kecemasan, stres, dan perasaan tidak aman sering kali menjadi hambatan utama dalam mencapai potensi penuh seseorang.
Menurutnya, well-being atau kesejahteraan psikologis hanya bisa dicapai jika individu menyadari kondisi mentalnya, memahami akar permasalahannya, dan melakukan tindakan nyata untuk memperbaikinya
Jika kita tidak memelihara mental dan spiritual kita, maka pendidikan dan teknologi sebesar apapun tidak akan bisa mengangkat kualitas hidup manusia secara utuh,” ujar Dr. Abdul Rashid.
Sementara itu, Prof. Dr. Muhamasakri Manyunu mengangkat topik mengenai perkembangan sekolah-sekolah berbasis IT di wilayah Thailand bagian selatan, khususnya di daerah-daerah mayoritas Muslim.
Ia memaparkan bahwa dalam satu dekade terakhir, telah tumbuh pesat sekolah-sekolah Islam Terpadu (IT) yang menggabungkan kurikulum nasional Thailand dengan kurikulum Islam dan penguatan teknologi informasi.
Menurutnya, sekolah-sekolah ini tidak hanya fokus pada pembelajaran agama, tetapi juga pada penguasaan keterampilan abad ke-21, seperti coding, desain grafis, dan pemanfaatan media digital untuk dakwah dan pendidikan karakter. Model sekolah ini mendapat dukungan dari komunitas lokal, pemerintah daerah, dan lembaga pendidikan tinggi seperti Universiti Fatoni.
Dr. Randi Saputra menyampaikan secara khusus pentingnya sinergi antara guru dan orang tua dalam proses pendidikan anak. Ia menjelaskan bahwa pendidikan bukan hanya tanggung jawab sekolah, melainkan sebuah kerja sama yang erat antara rumah dan lembaga pendidikan.
“Anak-anak membutuhkan kesinambungan nilai antara rumah dan sekolah. Ketika orang tua dan guru sejalan dalam pendekatan pendidikan, maka anak akan tumbuh dalam lingkungan yang stabil secara emosi, mental, dan moral,” ujarnya.
Beliau juga menekankan pentingnya komunikasi terbuka, pertemuan rutin, serta saling menghargai peran masing-masing pihak dalam mendidik. Dengan sinergi yang kuat, proses pendidikan akan menjadi lebih bermakna dan mendalam bagi setiap anak.
Di akhir kegiatan, para peserta menyampaikan apresiasi terhadap pelaksanaan seminar ini yang dinilai membuka cakrawala berpikir dan memperluas wawasan.
“Ini menjadi pengalaman berharga untuk memahami bagaimana pendidikan harus terus bertransformasi. Saya pribadi merasa lebih siap dan terinspirasi,” ujar Hosman salah satu mahasiswa peserta seminar Angkatan 4.
Dengan suksesnya penyelenggaraan seminar ini, Universitas Adzkia menegaskan kembali posisinya sebagai perguruan tinggi yang aktif dalam membangun ekosistem akademik global, yang tidak hanya berorientasi pada ilmu pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter dan nilai-nilai spiritual dalam dunia pendidikan. ( BUNDO )